468x60 ads




Belajar dari kehidupan Gideon


Pagi ini saya sangat tersentuh dengan kisah Gideon yang diangkat Tuhan menjadi Hakim atas Israel. Kisah itu dapat saudara/i baca dalam hakim-Hakim 6.

Pada masa itu, orang Israel hidup penuh tekanan dan sengsara dibawah kekuasaan orang Midian. Orang Israel berseru kepada Tuhan dan Tuhan mengutus Gideon yang menjadi penyelamat atas mereka. Dalam kisah ini saya menemukan ada dua sikap yang menarik dari Gideon yang mungkin inilah yang menyebabkan ia dipilih Tuhan menjadi penyelamat atas bangsa Israel. Sikap itu antara lain:



1. Gideon memiliki sikap yang rendah hati.


Kerendahan hati Gideon dapat kita lihat pada ayat dibawah ini:

Hakim 6:15 Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan
kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku."

Pada ayat ini Gideon menyatakan kepada Tuhan bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. Gideon merasa tidak punya kemampuan apa-apa untuk menyelamatkan bangsa israel. Itulah sebabnya dia berkata: “Ah, Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel?” .

Bahkan lebih lanjut Gideon berkata kepada Tuhan bahwa sukunyapun adalah suku yang paling kecil diantara suku bangsa Israel dan dirinyapun adalah yang puling muda diantara kaum keluarganya. Dengan mengatakan bahwa sukunya adalah suku yang paling kecil, Gideon berusaha menyatakan bahwa dia bukan siapa-siapa bagi bangsa Israel. Bukan hanya itu, bahkan di tengah-tengah keluarganyapun dia bukan siapa-siapa dan hanya di pandang sebelah mata. Itu dinyatakannya dalam perkataan bahwa dalam kaum keluarganyapun ia yang paling muda. Dengan kata lain, Gideon menyatakan kepada Tuhan bahwa tidak sesuatupun yang dapat diandalkan dari dirinya.

Namun, Tuhan tidak pernah memandang rupa. Tuhan tidak memakai seseorang karena kehebatan, atau karena kepintarannya. Tuhan akan memakai orang yang tidak ada apa-apanya di pemandangan dunia. Tuhan tidak akan memakai saudara dan saya karena kehebatan kita.

1 Korintus 1:27-29 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

Jadi, kita tidak perlu merasa hebat dan sombong karena dengan Tuhan tidak pernah memakai kita karena kehebatan kita. Justru orang sombong dan merasa hebat akan di jatuhkan Tuhan.

Amsal 16:18 Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului
kejatuhan.

Oleh sebab itu janganlah kita menjadi sombong walau bagaimana status kita saat ini. Jika kehidupan ekonomi saudara saat ini cukup baik, janganlah sombong terhadap mereka yang hidup miskin, jika saat ini saudara adalah seorang pimpinan apakah di sebuah perusahaan atau instansi, janganlah anda berlaku sombong terhadap bawahan anda, dan janganlah mempersulit mereka karena mereka punya Tuhan yang bisa menjadi hakim antara anda dan mereka.

2. Gideon melangkah menurut dengan kehendak dan rencana Tuhan.


Sikap kedua Gideon yang baik untuk kita contoh adalah Gideon melangkah menurut kehendak dan rencana Tuhan. Kita perhatikan ayat dibawah:

Hakim-Hakim 6:17 Maka jawabnya (Gideon) kepada-Nya: "Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku.

Ketika Tuhan mengutusnya, Gideon tidak langsung terima begitu saja. Ia meminta Tuhan memberikan sebuah tanda bahwa Tuhan benar-benar mengutusnya. Gideon tidak bermaksud tidak mempercayai Tuhan. Gideon tahu sebatas mana kekuatannya, Ia tahu bahwa ia tidak mempunyai kehebatan apa-apa. Itulah sebabnya dengan sedikit memaksa Gideon meminta tanda dari Tuhan bahwa Tuhan benar-benar mengutusnya. Dan pada ayat selanjutnya kita akan melihat bagaimana Tuhan menunjukkan tanda bahwa Ia benar-benar mengutus Gideon.

Dalam tindakan selanjutnya, Gideon tidak mau gegabah. Walaupun Tuhan sudah menunjukkan tanda bahwa ia diutus oleh Tuhan, sebelum bergerak menyerang musuh, Gideon kembali meminta tanda kepada Tuhan, bahkan ia meminta sampai dua kali. Itu kita temukan pada ayat dibawah:

Hakim-Hakim 6:36-37 Kemudian berkatalah Gideon kepada Allah: "Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan itu, maka aku membentangkan guntingan bulu domba di tempat pengirikan; apabila hanya di atas guntingan bulu itu ada embun, tetapi seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahulah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan."

Sekali lagi Tuhan menunjukkan Tanda bahwa Tuhan mengutus Gideon. Pada ayat 38 kita
dapat membaca bahwa Tuhan menunjukkan bahwa esok paginya bulu domba yang di 
bentangkan diatas tanah itu basah oleh karena embun sementara tanahnya tetap kering. 
Namun Gideon tidak puas, ia tidak mau salah melangkah dan berperang tanpa penyertaan Tuhan. Ia meminta tanda sekali lagi kepada Tuhan.

Hakim-Hakim 6:39 Lalu berkatalah Gideon kepada Allah: "Janganlah kiranya murka-Mu bangkit terhadap aku, apabila aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun."

Dan pada ayat 40 kita melihat bahwa Tuhan melakukan tepat seperti apa yang di minta Gideon
sebagai tanda bahwa Tuhan menghendaki dia melakukan penyerangan itu.

Jujur saudara..., mungkin ini berlebihan.... ketika membaca ayat ini, air mata saya tiba-tiba tidak dapat saya bendung. Mengapa saya menangis? Itu karena saya membayangkan betapa berdosanya saya kepada Tuhan karena dalam hidup ini selalu bertindak sendiri tanpa menanya Tuhan terlebih dahulu. Saya sering melakukan kehendak saya tanpa terlebih dahulu berdoa kepada Tuhan.

Saya juga menangis karena membayangkan bagaimana hati Gideon pada saat itu. Dia benar-benar hanya mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Ia tidak mau melangkah tanpa penyertaan Tuhan. Ia tidak mau melangkah sesuai dengan keinginan hatinya. Berkali-kali ia meminta tanda dari Tuhan dan mungkin saja Tuhan kesal melihat tingkahnya itu. Tapi Tuhan tidak marah, Tuhan tidak murka akan tindakan Gideon itu. Tuhan melihat hati Gideon yang
benar-benar berserah kepadaNya. Dan sebagai hasilnya, pada pasal 7 kita melihat dengan hanya tiga ratus orang, gideon dapat menghancurkan puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang midian.

Kisah Gideon ini sungguh menjadi berkat bagi kami pribadi. Kisah ini menjadi teladan bagi kami bahwa dalam menghadapi pergumulan hidup, kita bisa meniru seperti apa yang dilakukan Gideon. Kita bisa meminta petunjuk dan penyertaan Tuhan dalam setiap langkah kita. Jangan pernah melangkah tanpa meminta penyertaan Tuhan karena kita akan menemui kesulitan-kesulitan. Namun sebaliknya, ketika Tuhan menyertai langkah kita, maka kita akan hidup dalam kemenangan-kemenangan. Semoga juga bisa menjadi berkat bagi pembaca lainnya. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin



Written by : Nelson Saragih
Original Source : Renungan Kristen

2 comments:

{ Unknown } at: October 30, 2018 at 5:39 AM said...

Bagus

{ Unknown } at: January 24, 2021 at 6:43 AM said...

Renungan yg sangat menguatkan saya
Saat ini sy baru sj kehilangan adik krn tiba-tiba dia dipanggil Tuhan secara mendadak sehingga perusahaan keluarga menjadi tanggung jawab saya.. Sedangkan saya merasa tidak punya cukup kemampuan.. Namun dengan renungan dr hidup Gideon ini sy percaya bersama Tuhan sy pasti akan cakap dalam menanggung nya..
Terimakasih Tuhan Yesus memeberkati 🙏

Post a Comment